Solidaritas Itu Indah
Oktober 20, 2010
2
Dug2 dug..dalam nyman tidurku, ku terkejut dengan datangnya paman dan adekku...
“darah ikam apa? A kalo”, lakasi kita nah, cucu kai butuh 6 kantong darah.
“kandaraan ulun lampunya mati mannai”
“ayuha kita batiga”
“Eits, kada jadi gin, bagimitan kawa ai”
Sekitar jam 1 malam, kami bertiga menuju kearah kantor PMI samping Rumah Sakit Ulin, sesampai disana, kami langsung menuju TPD (tempat pengambilan darah) “maaf. Bikin istilah sendiri” hehe
Setelah berbaring untuk diambil darah, dan aku pun ragu,
“kayapa amun batimbang dahulu?”
Yu
Alhasil, donor darah pun gagal terlaksana, karena timbangan badanku kurang 1 kg dari minimal timbangan pendonor
Hufftt ada rasa sedih bercampur bingung, bagaimana ya dia kalau darah yang diperlukan tidak cukup, 2 kantong darah juga gagal didonorkan, karena darah keluargaku mengidap gejala hepatitis, hingga akhirnya kami keluarga pun kebingungan, kemana mencari darah jam 2 malam begini, teman2 dekatku juga pada pulang kampung, kebetulan musibah ini terjadi beberapa hari setelah hari raya idul fitri kemaren, walau sebenarnya sudah dirawat sekitar 2 bulan.
Hingga akhirnya kami hanya duduk2 di depan kantor PMI tersebut, sembari memerhatikan percakapan orang-orang duduk di bangku kantor PMI tersebut, dan akupun mengenali kalau ternyata mereka adalah anggota BPK (badan pemadam kebakaran) tapi yang membingungkan adalah mereka memakai corak warna yang berbeda, bukankah biasanya para Anggota BPK memakai corak warna yang sama. Dan kucermati hingga ternyata terlihat seorang memegang kertas dengan pulpennya,dan menanyakan setiap anggota BPK yang datang,
“dari BPK mana”
Dan jawaban berbeda-beda setiap para anggota BPK datang
“sultan adam, majta, banua hanyar, mana lagi yaa...lupa ...
Dan semakin kuperhatikan, teryata seorang berbadan sedikit gempal, dengan memegang orari, beliau komat-kamit, seperti siaran berita “hehehehe” maaf lupa kata-katanya, tapi yang jelas isi komat-kamit beliau tersebut adalah berupa ucapan-ucapan informasi yang mengabarkan siapa saja yang bersedia menyumbangkan darahnya untuk secepatnya berhadir ke tempat tersebut karena si sakit sangat membutuhkan darah,,,
Kebetulan kakek saya tersebut juga anggota BPK, jadi banyak para anggota BPK datang membantu dengan keikhlasan mereka, Saya salut dengan solidaritas mereka, rasa persaudaraan yang begitu kuat sehingga merekatkan hubungan mereka. Ketika itu kakek saya melihat seorang yang telah selesai mendonorkan darahnya, dan kemudian beliau mendekati orang tersebut, terlihat kakek seperti menjulurkan uang seraya memaksa si pendonor agar mengambil, tetapi sang pendonor tidak bersedia, walau dipaksa tetap tidak bersedia, hingga akhirnya seorang yang memegang orari tersebut berkata “paman, kita disini sama-sama, pian membari duit kaya tadi, kada handak lagi ulun menolongi”. Behhh mantap kan, rasa kekeluargaan mereka yang begitu kuat.
To be continued
sambungannya disini solidaritas itu indah part 2
Tags
Bagikan ke aplikasi lainnya
Menunggu sambungannya :)
BalasHapusyupsss makasih mba....lagi mengumpulkan sobekan2 hati, biar bisa bangkit lagi.....
BalasHapus